Kamis, 18 Oktober 2012

Wacana


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Didalam  Bahasa Indonesia terdapat materi tentang wacana. Wacana sebenarnya sangat penting saat kita mempelajari Bahasa Indonesia, karena kebanyakan pelajaran Bahasa Indonesia ada wacananya. Tetapi,sekarang orang – orang belajar Bahasa Indonesia jarang membaca sebuah wacana. Padahal Wacana sangat Bermanfaat bagi seseorang dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Biasanya wacana itu berupa bacaan – bacaan seperti, Narasi, Deskripsi, dan lain sebagainya.

Didalam sebuah wacana terdapat tema. Sebab  tema adalah  hal yang sangat dianjurkan dalam  pembuatan wacana. Karena tema menjadi acuan agar isi wacana dapat teratur dan terarah dan tidak menyimpang kemana – mana. Setelah menentukan tema seorang penulis wacana harus menentukan tujuan. Tujuan ini sangat berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Setelah menentukan tujuan wacana, penulis harus menentukan kerangka karangan sebuah wacana. Kerangka karangan terdiri dari topik – topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema.

Dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun. Biasanya setelah wacana di ikuti dengan pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan wacana diatasnya.

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang ada pada makalah ini adalah :
1.      Bagaimanakah definisi wacana menurut beberapa pakar ?
2.      Apa saja macam - macam wacana ?
3.      Apa saja bentuk wacana ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari wacana
2.      Untuk mengetahui macam – macam wacana
3.      Untuk mengetahui bentuk – bentuk wacana





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” . discourse” berasal dari bahasa latin yaitu discursus yang berarti lari kian-kemari . Atau dengan kata lain adalah Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proporsi yang satu dengan yang lain yang membentuk kesatuan.
Menurut beberapa pakar definisi pakar adalah sebagai berikut  :
1.      Marahim mengartikan bahwa wacana adalah “kemampuan untuk maju menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.[1]
2.      Abdul Chaer menyatakan bahwa Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi). Kekohesian adalah keserasian hhubungan antar unsur yang ada. Wacana yang kohesif bisa menciptakan wacana yang koheren (wacana yang baik dan benar).[2]
3.      Djajasudarma menyatakan, wacana adalah ”(1) perkataan, ucapan, tutur yang merupakan satu kesatuan; (2) keseluruhan tutur”.[3]
4.      Jusuf Syarif Badudu mengartikan bahwa Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.[4]

Sehingga dapat disimpulakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan serta tersusun secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh penikmatnya. Wacana dibedakan menjadi dua, yaitu wacana lisan dan wacana tertulis. Wacana lisan diantaranya seperti pidato, ceramah dan lain – lain. Sedangkan wacana tertulis misalnya pengumuman, iklan, surat, cerita pendek, dan lain – lain.
Dalam wacana harus tercipta kohesi[5] dan koherensi[6] yang baik dan serasi. Dan sebagai wacana yang baik, wacana harus mempunyai syarat – syarat. Syarat – syarat dalam wacana adalah sebagai berikut :
1.      Mempunyai topik,  yaitu sesuatu yang berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti dalam pembahasan atau pembicaraan suatu wacana.
2.      Mempunyai tema, yakni rumusan yang lingkupnya lebih luas dari pada topik. Biasanya dalam penjabaran tema dibagi atas beberapa topik.
3.      Mempunyai judul, yaitu penjabaran dari sebuah topic. Satu buah topik dapat dijabarkan menjadi beberapa judul yang sifatnya lebih sempit dan menjurus.

B.     Macam – macam Wacana
1.      Secara Tradisional wacana dibedakan menjadi empat yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi.
-          Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urutan – urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dibedakan menjadi dua yaitu narasi yang berisi fakta dan narasi yang berisi fiksi atu cerita khayal.
-          Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu obyek berdasarkan perasaan, pengamatan, dan pengalaman penulisnya.
-          Eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan sesuatu dengan tujuan memberikan informasi kepada pembacanya.
-          Argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat, sikap,  atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.
2.      Berdasarkan tujuanya, James L. Kinneavy membedakan wacana menjadi empat kelompok yaitu wacana ekspresif, wacana referensial, wacana susastra, dan wacana persuasiv.[7]
-          Wacana ekspresif adalah wacana yang lebih ditujukan kepada penulis atau pembicara itu sendiri. Wacana ini dibedakan menjadi dua yaitu wacana yang bersifat individual dan yang bersifat social. Bersifat individual contohnya percakapan, jurnal, catatan harian. Sedangkan bersifat social contohnya deklarasi kemerdekaan, ADART, kontrak.
-          Wacana referensial adalah wacana yang acuanya kepada realitas, pada fakta dan data. Wacana ini dibedakan menjadi wacana yang bersifat ekspositori, wacana ilmiah, wacana informative. Wacana ekspositori contohnya dialog, seminar, hipotesis. Wacana ilmiah contohnya laporan penelitian. Wacana informatif contohnya makalah disurat kabar, laporan, rangkuman dan abstrak.
-          Wacana susastra dikelompokan sebagai wacana ekspresif. Contohnya cerita pendek, novel, drama.
-          Wacana persuasif adalah wacana yang ditunjukan kepada pendengar atau pembaca. Contohnya khotbah, iklan, pidato, tajuk rencana.
C.     Bentuk – bentuk Wacana
Bentuk wacana dalam bahasa Indonesia :
1.      Prosa adalahkarangan bebas yang tidak terikat seperti dalam puisi dan drama. Prosa di bedakan atas prosa fiksi dan nonfiksi.[8]
2.      Puisi adalah karangan yang terikat oleh bait dan baris. Isi puisi dituangkan dalam bait yang terdiri dari baris – baris. Puisi dibagi menjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru.[9]
3.      Drama adalah cerita atau kisahan terutama yang melibatkan konflik atau emosi yang khusus disusun untuk pementasan. Drama di kategorikan menjadi tiga yaitu drama berdasarkan isi cerita, drama berdasarkan cara penyajianya, drama berdasarkan bentuk.[10]





D.    Contoh Wacana
Contoh wacana narasi :
Manfaat  Restoran
Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan enak, mereka ingin mengenyangkan perut yang lapar dengan menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha “mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya kalangan tertentu ini.
Pengusaha restorans tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung. Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.
Dengan adanya inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan mendesain inding restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup datang ke restoran, duduk santai dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.
Ternyata adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi bagi banyak seniman melakukan pameran lukisan di restoran. Hanya itu dilakukan sebagai penyegaran sekaligus mencari suasana baru, keuntungan dinding restoran dihiasi dengan lukisan, kalau sudah bosan bisa diganti.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Wacana adalah Sehingga dapat disimpulakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan serta tersusun secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh penikmatnya. Didalam wacana harus terdapat konsep, gagasan, pikiran, ide yang utuh.
Macam – macam wacana ada empat yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi.
Bentuk – bentuk wacana ada tiga yaitu prosa, puisi, drama.
B.     Saran
Sebaiknya kita dalam mempelajari bahasa indonesia harus lebih gemar membaca wacana karena wacana sangat bermanfaat bagi orang dalam mempelajari bahasa indonesia.


Daftar Pustaka
Al-Hafizh, Mushlihin. 2011. Pengertian Wacana Menurut Pakar, (Online),
     pakar_6554.html, diakses 4 September 2012).
Bindo. 2007. Jenis-jenis Wacana dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, (Online)
,   (http:// jenis-jenis-wacana-dalam-mata-pelajaran.html, diakses 7 September 2012).
Parare, J. D. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Private. 2010. Pengertian Wacana, (Online), (http://pengertian-wacana.html, diakses

     tanggal 06 September 2012).

Rastuti, M. G. Hesti Puji. 2011. Inti Sari Bahasa Indonesia SD-SMP-SMA. Klaten:
     Intan Pariwara,

 



[1] “Pengertian Wacana Menurut Pakar”, Referensi makalah online, http://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-wacana-menurut-pakar_6554.html, diakses tanggal 4 September 2012.
[2] “Pengertian Wacana”,Jaring Karya Online, http:// pengertian-wacana.html, 12 Desember 2010, diakses tanggal 06 September 2012.
[3] “Pengertian Wacana Menurut Pakar”, Referensi makalah online, http://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-wacana-menurut-pakar_6554.html, diakses tanggal 4 September 2012.
[4] “Pengertian Wacana”,Jaring Karya Online, http:// pengertian-wacana.html, 12 Desember 2010, diakses tanggal 06 September 2012.
[5] M. G. Hesti Puji Rastuti, Inti Sari Bahasa Indonesia SD-SMP-SMA, (Klaten :Intan Pariwara, 2011), 157.
[6] J. D. Parera, Teori Semantik edisi kedua, (jakarta: Erlangga, 2004)223.
[7] J. D. Parera, Teori Semantik edisi kedua, (Jakarta: Erlangga, 2004)221.
[8] M. G. Hesti Puji Rastuti, Inti Sari Bahasa Indonesia SD-SMP-SMA, (Klaten :Intan Pariwara, 2011), 158.
[9] M. G. Hesti Puji Rastuti, Inti Sari Bahasa Indonesia SD-SMP-SMA, (Klaten :Intan Pariwara, 2011), 161.
[10] M. G. Hesti Puji Rastuti, Inti Sari Bahasa Indonesia SD-SMP-SMA, (Klaten :Intan Pariwara, 2011), 162.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar